Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., meresmikan bengkel perakitan kursi roda untuk anak difabel Indonesia. Peresmian berlangsung di Gedung Registrasi UGM, Gg. Kinanthi, Jalan Kaliurang km 4,5, Sleman, Selasa (8/12) sore. Bengkel ini merupakan hasil kerja sama Yayasan UGM, UCP Roda untuk Kemanusiaan Indonesia, dan USAID, Amerika.
Bengkel pelayanan pembuatan kursi roda anak-anak difabel yang baru diresmikan ini merupakan satu-satunya di Indonesia. Rencananya, dalam 3 tahun akan diproduksi 5.600 kursi roda untuk seluruh anak difabel yang dibagikan secara gratis, terutama bagi mereka yang berasal dari keluarga kalangan menengah ke bawah. “Kursi roda ini diberikan secara cuma-cuma kepada seluruh anak difabel dari keluarga tidak mampu,” kata Project Manager UCP Indonesia, Risnawati Utami, kepada wartawan di sela-sela acara.
Risna mengatakan sejak bulan Mei lalu, sudah ada ratusan pesanan kursi roda dari berbagai penjuru daerah, dari Sabang hingga Merauke. Setiap bulan, bengkel ini mampu merakit 130 kursi roda sesuai dengan kebutuhan.
“Kapasitas 130 kursi roda per bulan dikerjakan 5 orang difabel. Sebelumnya, anak yang difabel diperiksa anatomi tubuhnya untuk menyesuaikan kebutuhan kursi roda,” kata Risna.
Kursi roda bagi anak difabel dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan usia si anak. Kursi roda untuk anak usia 3-6 tahun, 7-10 tahun, dan 11-14 tahun. Prosedur pemesanan adalah dengan mengisi formulir, yang kemudian akan dilakukan penilaian dari petugas sosial untuk mengetahui perlu dibantu atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian Risna, dari 252 anak difabel di lima kabupaten di Provinsi DIY, populasi paling besar terdapat di Kabupaten Kulon Progo dan Gunung kidul. “Hampir 60 persen tidak memiliki kursi roda,” ujarnya. Adanya bantuan kursi roda ini, diakui Risna sebagai terapi dan untuk menopang pertumbuhan anak karena perkembangan mereka harus dievaluasi dan dikontrol.
Dedi Wahyu Himawan, umur 6 tahun, asal Ngestiharjo, Bantul, merupakan salah satu anak difabel yang mendapat bantuan kursi roda. Anak dari pasangan Nrimo Mulyono dan Eli Sugianti ini mengalami gangguan pertumbuhan tulang punggung sehingga tidak dapat berdiri dan duduk. “Untuk bersandar saja susah, punggung lemah, kaki kanan bengkok. Kata dokter, otot kurang kuat,” terang ibu Dedi, Eli. Nrimo mengaku setelah satu minggu Dedi menggunakan kursi roda, sudah ada perubahan sedikit pada diri anaknya. Dedi juga terbantu dalam beraktivitas.
Rektor UGM menyambut baik hadirnya bengkel perakitan kursi roda untuk anak difabel di lingkungan UGM. Ia berharap kegiatan yang dirintis melalui kerja keras dan kerja sama berbagai pihak ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat luas. “Kegiatan ini bergulir ke depan dapat memberi manfaat. UGM sangat berbahagia, kegiatan ini bagian dari nilai dan visi UGM. Nilai UGM untuk keadaban, kemanfaatan, dan kebahagiaan. Komitmen untuk terus mengabdi bagi kepentingan dan kemakmuran bangsa,” kata Rektor dalam sambutannya.
Direktur UCP Indonesia, Michael Allen, mengatakan program ini khusus memberikan pelayanan kepada anak difabel di Indonesia. “Program ini terselenggara atas bantuan Pemerinta Amerika dan WHO untuk penyediaan kursi roda bagi negara berkembang,” pungkasnya. (Humas UGM/Gusti Grehenson)