• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • KECEMBURUAN SOSIAL STRESOR POTENSIAL KEHIDUPAN

KECEMBURUAN SOSIAL STRESOR POTENSIAL KEHIDUPAN

  • 28 Oktober 2005, 13:19 WIB
  • Oleh: Humas UGM
  • 8784

Saat ini masyarakat sedang menghadapi situasi sulit. Kenaikan BBM dan kenaikan tunjangan wakil rakyat hanya sebagian kecil dari stressor yang bisa menyebabkan stress. Stresor tersebut tersebut berpotensi menimbulkan gangguan jiwa. Bicara soal penyebab stress (stressor) tidak terbatas pada stressor buatan manusia saja tetapi juga stressor alamiah. Tentunya kesedihan kita belum pupus akibat bencana Tsunami yang memporak-porandakan tanah Rencong. Konflik antar suku, ancaman terorisme mengusik ketenangan rakyat. Kesedihan itu masih terasa dan semakin terasa ditengah himpitan ekonomi dan melihat ketimpangan kenaikan tunjangan anggota dewan sebesar sepuluh juta per bulan. Perasaan sedih, marah, dan cemburu bercampur aduk menjadi satu tanpa harus tahun kapan akan berakhir. Hal tersebut diungkapkan Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, Sp. KJ (K) dalam releasenya Kamis, 27 Oktober 2005.

Menurut Kepala Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UGM tersebut, inilah kenyataan yang sedang kita hadapi. Lalu apakah kita akan terus membiarkan diri kita tenggelam dalam situasi stres atau segera bangkit mengatasi stress. Pada dasarnya mengatasi stress adalah dengan cara mengatasi sumber konflik penyebab stress, tetapi kalau hal itu tidak memungkinkan tentunya cara pandang kita terhadap persoalan tersebut yang harus diubah. Hal ini tergantung dari berbagai faktor. “Selain kematangan kepribadian, nilai-nilai religius menjadi kekuatan yang besar agar kita mampu beradaptasi dengan stresor. Karena kalau tidak demikian, kita akan benar-benar jatuh dalam kondisi gangguan jiwa”, kata Prof. Soewadi.

Ketua SMF Jiwa Dr. Sardjito Yogyakarta juga menuturkan, bahwa manifestasi dari gangguan jiwa akibat stress berupa cemas, depresi, PTSD sampai psikotik (baca “gila”). Pada umumnya dengan berjalannya waktu seseorang dapat beradaptasi dengan stressor. Tetapi sebagian lainnya tidak mampu bahkan menjadi sakit. Hal ini tergantung tawar-manawar pada diri kita. Karena itu secara spesifik stress dapat dikategorikan menjadi stress baik (eustres) dan stres buruk (distress). Disebut.stres baik apabila stress tersebut bias dimodifikasi menjadi suatu dorongan positif untuk melakukan perubahan kea rah yang lebih baik, dan disebut stres buruk apabila dengan adanya stressor justru menjadikan seseorang lelemah mentalnya, tidak bisa beradaptasi dan pada akhirnya jatuh sakit. “Untuk memodifikasi stress agar menjadi suatu kekuatan, intinya adalah berpikir positip. Berpikir positip yaitu mempersepsikan setiap kejadian dengan melihat hikmah dan manfaat dibalik suatu peristiwa”, tambah Prof. Soewadi. (Humas UGM)

Berita Terkait

  • Gated Community Sebabkan Kesenjangan Sosial Makin Terbuka

    Wednesday,09 November 2011 - 7:34
  • Teori-teori Sosial Khas Indonesia Belum Mengemuka

    Thursday,25 February 2010 - 8:33
  • Pakar UGM Jelaskan Penyebab Masyarakat Melanggar Protokol Kesehatan Covid-19

    Monday,14 September 2020 - 11:32
  • Gotong Royong Menjadi Modal Utama Membangun Kembali Jogja Pasca Gempa

    Wednesday,28 June 2006 - 9:43
  • Dukungan Sosial Berperan Memulihkan Kesehatan Jiwa Penderita Bipolar

    Friday,15 December 2017 - 11:30

Rilis Berita

  • Inisasi Konsorsium Riset Kopi, UGM Terima Kunjungan Tim Riset Kopi University of California 06 June 2023
    UGM menerima kunjungan tim riset kopi dari University of California-Davis, Selasa (6/6)
    Ika
  • Arie Sujito: Jadikan KKN Sebagai Panggilan Jiwa 06 June 2023
    Wakil Rektor Bidang  Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Universitas GAdja
    Gusti
  • Guru Besar Baru UGM Ratna Susandarini Angkat Pentingnya Revitalisasi Taksonomi 06 June 2023
    Krisis biodiversitas akibat kerusakan habitat, alih fungsi lahan, dan eksploitasi
    Gloria
  • Hakikat HAM 06 June 2023
    Oleh Dr. Bagus Riyono, M.A., Psikolog. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
    Universitas Gadjah Mada
  • LPPT UGM Raih Penghargaan dari Kemenkes RI 06 June 2023
    Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM mendapat penghargaan dari Menteri Keseha
    Gusti

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual