Bahan Bakar Minyak (BBM) memiliki peran strategis dalam suatu negara. Kebutuhan BBM yang semakin meningkat tidak diimbangi dengan produksi minyak di Indonesia. Kondisi sebaliknya yang terjadi adalah produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan. Data dari Indonesia Energy Outlook 2008 memperlihatkan penurunan produksi minyak Indonesia mencapai 4,4%/tahun. Saat ini produksi minyak di Indonesia menurun pada angka 950 barel/hari.
Kondisi inilah yang kemudian mendorong dosen Jurusan Kimia, Fakultas MIPA UGM, Prof. Dr. Karna Wijaya, M.Eng, untuk menggagas pembuatan Biodiesel dari Catfish Oil sebagai bahan bakar alternatif. Ide sederhananya adalah memanfaatkan limbah minyak ikan yang melimpah ruah untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Tidak hanya ikan sarden, pihaknya juga sudah melakukan pengolahan minyak ikan lele, limbah minyak goreng bekas (jelantah), minyak jarak, dan minyak kelapa untuk dijadikan pengganti bahan bakar. Untuk produksi limbah ikan ini, Karna melihat peluang di daerah Pekalongan yang setiap hari menghasilkan banyak limbah minyak ikan sarden.
“Sederhana, bisa ga sih ikan itu dipakai, selanjutnya kita kembangkan, ternyata banyak limbah yang dihasilkan dari ikan, yaitu berupa minyak ikan,” paparnya
Menurut Karna kendala utama untuk memproduksi limbah minyak ikan adalah peran aktif pemerintah. Bahan bakar alternatif jika tidak mendapat dorongan dan perhatian dari pemerintah akan percuma. Sebab, posisi BBM yang sudah menjadi bahan pokok sulit untuk digantikan. Berbeda halnya jika bahan bakar alternatif ini mendapatkan label dari pemerintah untuk diakui kredibilitasnya.
“Tidak hanya itu, pemerintah juga dituntut turut andil untuk memantau proses pembuatan biodiesel ini agar para UKM tidak sampai kehabisan bahan,”tegas Karna (Humas UGM/Putri)