• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Pakar UGM: Penurunan Tanah di Jakarta dan Semarang Perlu Ditangani Secara Komprehensif

Pakar UGM: Penurunan Tanah di Jakarta dan Semarang Perlu Ditangani Secara Komprehensif

  • 06 Januari 2023, 11:15 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 969
Pakar UGM: Penurunan Tanah di Jakarta dan Semarang Perlu Ditangani Secara Komprehensif

Dosen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik UGM, Heri Sutanta, Ph.D., mengatakan sebagian kota-kota besar di seluruh dunia termasuk di Indonesia berada di daerah pesisir. Ia menyebutkan kota besar di Indonesia yang berada di pesisir diantaranya Jakarta, Semarang, Samarinda, Makassar, Kupang dan Ambon. Umumnya daerah pesisir ini tanahnya terbentuk dari aluvial karena hasil endapan sungai sehingga lebih mudah mengalami pemadatan dan akhirnya penurunan tanah.

“Hasil penelitian kita di Semarang, kondisi di Jakarta juga sama, penurunan tanah dipercepat oleh pemanfaatan air tanah yang berlebihan dan melebih kapasitas imbuhannya,” kata Heri kepada wartawan, Jumat (6/1) menanggapi bencana banjir yang sering melanda kota besar di sepanjang pantai utara Jawa.  

Dari hasil penelitiannya, di daerah tangkapan air Kota Semarang dulunya terdapat banyak kebun, tanah tegalan dan ruang terbuka, namun kemudian berubah menjadi kompleks perumahan, kawasan industri dan pembangunan infrastruktur lainnya. Hal ini menyebabkan berkurangnya imbuhan di Cekungan Air Tanah (CAT) Semarang. 

Ia menyebutkan di Semarang kenaikan air laut global saat ini mencapai 3-5 milimeter per tahun sementara penurunan tanah mencapai 9 cm. “Ada kenaikan penurunan tanah 30 kali lebih besar dibanding kenaikan air laut global,” katanya.

Menurutnya, faktor lokal penurunan tanah ini lebih berdampak pada kenaikan relatif permukaan laut di Semarang dan Jakarta. Bahkan, percepatan penurunan tanah ini menyebabkan dua kota ini sering dilanda banjir saat curah hujan tinggi karena posisi daratan di pesisir lebih rendah daripada air permukaan laut. “Itu juga yang terjadi di Jakarta,” jelasnya.

Baik di Semarang maupun di Jakarta, kata Heri, posisi daratan pesisir yang lebih rendah dari air permukaan laut ini harus ditangani secara komprehensif. Daerah pemukiman dan industri yang ada saat ini di kawasan pesisir dapat dilindungi dengan tanggul laut. Selanjutnya juga dipersiapkan banyak pompa untuk mengalirkan air dari drainase ke sungai besar yang aliran airnya menuju laut. “Harus ada pompa yang disiapkan walaupun membutuhkan biaya operasional yang besar,” jelasnya.

Di antara kota besar di Indonesia, kata Heri, sementara ini hanya Jakarta dan Semarang yang mengalami proses penurunan tanah yang begitu cepat. Untuk mengantisipasi terjadinya dampak yang lebih besar di kemudian hari, ia mengusulkan agar pemerintah membuat kebijakan yang komprehensif. “Yang pertama adalah mengatur pengambilan air tanah dan menjaga imbuhannya melalui perubahan pembatasan penggunaan lahan di daerah tangkapan airnya. Selanjutnya adalah menanggulangi dampaknya, misalnya pembangunan tanggul pantai untuk melindungi infrastruktur dan warga,” pungkasnya.

Penulis: Gusti Grehenson

Foto     : Freepik 

Berita Terkait

  • Sumur Resapan dan Biopori, Solusi Atasi Banjir Jakarta

    Thursday,30 September 2010 - 16:46
  • Raih Doktor Usai Kaji Penurunan Tanah Kota Semarang

    Friday,27 July 2018 - 13:56
  • Pakar UGM Bicara Soal Banjir Rob Semarang

    Tuesday,24 May 2022 - 14:35
  • Prediksi Tenggelamnya Jakarta Perlihatkan Urgensi Penegakan Aturan Tata Ruang

    Monday,07 June 2021 - 16:01
  • Penting, Rekayasa Teknis Resapan Air Hujan di Kota Semarang

    Tuesday,14 April 2015 - 13:31

Rilis Berita

  • RSA UGM Terima Penghargaan PPKM Award dari Menkes 02 June 2023
    Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM terus berkomitmen tinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan
    Gusti
  • Universitas Gadjah Mada di Top 50 Dunia pada THE Impact Rankings 2023 01 June 2023
    Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk dalam jajaran 50 perguruan tinggi terbaik dunia yang memberik
    Satria
  • Minim, Pemda Yang Mampu Susun RPPLH Sesuai Target 01 June 2023
    Percepatan industri telah menghasilkan berbagai dampak lingkungan. Salah satu isu yang banyak dip
    Satria
  • Rektor UGM: Hari Lahir Pancasila Jadi Momentum Refleksikan Nilai Luhur Pancasila 01 June 2023
    UGM melaksanakan upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, Kamis (1/6) di halaman Balairung UGM. U
    Ika
  • Berharap Pemilu Aman Tanpa Residu Polarisasi dan Konflik Sosial 31 May 2023
    Keinginan presiden memastikan Pemilu serentak 2024 dapat berlangsung secara demokratis, jujur dan
    Agung

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
  • 06Sep The 5th International Conference on Bioinformatics, Biotechnology, and Biomedical Engineering (BioMIC) 2023...
  • 02Oct Conference of Critical Island Studies...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual