• Berita
  • Arsip Berita
  • Simaster
  • Webmail
  • Direktori
  • Kabar UGM
  • Suara Bulaksumur
  •  Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
  • Pendidikan
    • Promosi Doktor
    • Pengukuhan Guru Besar
    • Wisuda
  • Prestasi
  • Penelitian dan Inovasi
    • Penelitian
    • PKM
    • Inovasi Teknologi
  • Seputar Kampus
    • Dies Natalis
    • Kerjasama
    • Kegiatan
    • Pengabdian
    • Kabar Fakultas
    • Kuliah Kerja Nyata
  • Liputan
  • Cek Fakta
  • Beranda
  • Liputan/Berita
  • Mahasiswa UGM Kembangkan Kompor Bioetanol dari Limbah Salak Pondoh

Mahasiswa UGM Kembangkan Kompor Bioetanol dari Limbah Salak Pondoh

  • 11 Oktober 2010, 11:27 WIB
  • Oleh: Gusti
  • 6381
Mahasiswa UGM Kembangkan Kompor Bioetanol dari Limbah Salak Pondoh

SLEMAN (KU) – Sebuah botol infus lengkap dengan selangnya dibawa Purwanta (67) dari dalam bilik rumahnya. Lalu, tabung infus itu ia gantung ke sebuah pengait, tak ubahnya dengan infus yang sering ditemui di kamar-kamar pasien rumah sakit. Perbedaannya, selang infus yang satu ini tidak disuntikkan ke lengan pasien, tapi ke sebuah kompor gas. Cukup dengan mengatur aliran tetesan cairan di selang, tidak berapa lama, klek! Begitu pemantik dinyalakan, kompor menyala. Pria paruh bayah ini tampak sumringah. Kemudian, istrinya buru-buru membawa ceret air dan ditaruh di atas kompor untuk dipanaskan.

Tabung dalam infus tadi bukanlah cairan elektrolit, melainkan bioetanol yang merupakan hasil dari limbah salak pondoh. Limbah yang dimaksud adalah buah salak yang kebanyakan cacat saat dipanen atau sudah membusuk. Selama ini, buah salak yang tidak layak jual ini kerap dibuang oleh para petani salak atau dibiarkan membusuk di pekarangan kebun salaknya. Namun, setelah kedatangan mahasiswa UGM, kebiasaan petani salak Dusun Ledoknongko, Turi, Sleman, yang membuang salak berangsur berubah. Oleh mahasiswa, limbah salak tersebut diolah menjadi bioetanol dengan menggunakan alat destilator. "Untuk limbah salak di dusun ini saja, tiap bulannya ada 1-3 ton salak yang tidak layak jual. Kita buat limbah tersebut menjadi bioetanol. Sisa hasil destilasi berupa ampas bisa dibuat pupuk organik untuk pertanian," kata Adhita Sri Prabakusuma, salah satu anggota tim peneliti, saat ditemui di Dusun Ledoknongko, Turi, Sleman, Minggu (10/10).

Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian ini menjelaskan dari 10 kilo salak dihasilkan sedikitnya 1 liter bioetanol. Sebelumnya, limbah salak tersebut difermentasikan dulu selama satu minggu dengan menambah ragi dan urea. "Cairan fermentasi ini dipanaskan dengan suhu 70 derajat pada tabung destilasi. Hasil pemanasan ini nantinya menghasilkan bioetanol," kata Praba yang baru-baru ini telah diundang mempresentasikan hasil penelitiannya dalam International Agriculture Symposium di Malaysia. Cairan bioetanol kemudian dimasukkan dalam botol plastik dengan selang pipa dan ditutup rapat. Selanjutnya, cairan dialirkan ke kompor gas dengan cara disuntik.

Selain itu, Praba juga tengah mengenalkan ke petani bahwa bioetanol tidak hanya untuk bahan bakar kompor, tapi juga dapat dipasarkan ke apotek atau laboratorium. "Saat ini, harga jualnya bisa mencapai Rp20.000,00-Rp30.000,00 per liter," kata peraih penghargaan mahasiswa teladan se-Fakultas Pertanian UGM tahun 2010 ini.

Pria kelahiran Sragen, 13 Februari 1988, ini menyampaikan salak pondoh di Sleman sudah diekspor ke China, daerah luar Jawa dan sekitar DIY. Akan tetapi, salak busuk sangat mengganggu upaya ekspor. Sesuai ketentuan, limbah tidak boleh dibuang ke kebun. Riset mahasiswa ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam mengatasi limbah salak, mendukung program pertanian terpadu, serta menerapkan energi ramah lingkungan. "Di Desa Turi ini bisa diinisiasi sebagai desa mandiri energi, pengembangan pertanian berkelanjutan dan terpadu," ujarnya.

Untuk saat ini, produksi bioetanol memang mencapai 20-30 liter per bulan karena baru dikelola oleh kelompok tani salak pondoh "Si Cantik", Ledoknongko, Bangunkerto, Turi, Sleman. Purwanta Ismaya (67) selaku ketua kelompok mengaku cukup sulit menyosialisasikan teknologi baru di kalangan para petani salak meski anggota kelompok tani yang dibinanya sudah memiliki 48 orang. "Tidak mudah menyosialisasikan karena tingkat pendidikan mereka berbeda-beda. Apalagi ini barang baru, secara ekonomis memang belum memuaskan secara langsung," kata Purwanta.

Saat ditanya jumlah salak yang tidak layak jual saat musim panen, ia mengatakan diperkirakan sekitar 5 persen dari seluruh hasil panen buah salak yang tidak layak jual busuk dibuang percuma. Kini, secara perlahan petani tidak lagi menganggapnya sebagai sampah, tetapi sesuatu yang dapat menghasilkan manfaat dan potensial untuk sumber penghasilan tambahan. (Humas UGM/Gusti Grehenson)

Berita Terkait

  • Petani Salak Manfaatkan Alat Instalasi Bioetanol

    Monday,22 August 2011 - 14:21
  • PSE UGM Kembangkan Inovasi Produk Hemat Energi

    Tuesday,18 January 2011 - 13:56
  • Limbah Kulit Salak Pondoh Potensial Jadi Obat Kanker Lidah

    Thursday,15 September 2022 - 9:07
  • Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Pasar Buah menjadi “Bioetanik”

    Tuesday,21 September 2010 - 8:43
  • Tim Mahasiswa UGM Kembangkan Produk Olahan Salak Pondoh

    Friday,07 October 2022 - 11:26

Rilis Berita

  • UGM Menjadi PTN dengan Pendaftar Terbanyak Kedua SNBP 28 March 2023
    Setelah melalui serangkaian proses panjang, panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) akh
    Satria
  • Masjid Kampus Kembali Gelar Ramadan di Kampus 28 March 2023
    Masjid kampus UGM kembali menggelar Ramadan di Kampus. Ramadan di Kampus UGM 1444 H kali ini lebi
    Agung
  • BIG Berperan Mewujudkan Kebijakan Satu Data Indonesia 28 March 2023
    Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG), Prof. Dr. rer. nat. Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., menga
    Agung
  • Dosen Berprestasi UGM Mengikuti Program Kepemimpinan Ilmuwan Kelas Dunia 28 March 2023
    Dosen Universitas Gadjah Mada, Antonia Morita Iswari Saktiawati, menjadi satu dar
    Gloria
  • MUN UGM Sabet 6 Penghargaan Simulasi Sidang PBB Tingkat Nasional dan Internasional 28 March 2023
    UGM Model United Nations (MUN) Community berhasil meraih enam penghargaan pada
    Ika

Agenda

  • 02Jul Dies Natalis MM UGM...
Universitas Gadjah Mada
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Bulaksumur Yogyakarta 55281
   info@ugm.ac.id
   +62 (274) 6492599
   +62 (274) 565223
   +62 811 2869 988

Kerja Sama

  • Kerja Sama Dalam Negeri
  • Alumni
  • Urusan Internasional

TENTANG UGM

  • Sambutan Rektor
  • Sejarah
  • Visi dan Misi
  • Pimpinan Universitas
  • Manajemen

MENGUNJUNGI UGM

  • Peta Kampus
  • Agenda

PENDAFTARAN

  • Sarjana
  • Pascasarjana
  • Diploma
  • Profesi
  • Internasional

© 2023 Universitas Gadjah Mada

Aturan PenggunaanKontakPanduan Identitas Visual