YOGYAKARTA – Guru Besar UGM Prof. Dr. Suratman, M. Sc., tampak serius melakoni perannya sebagai Empu Narayana, bahkan tak segan-segan menyembah Prabu Hayam Wuruk dan Ibu Suri Tunggadewi yang diperankan M. Bagus Febrianto, S.S dan Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M. Hum dalam pentas Lakon Ketoprak Amukti Palapa Gadjah Mada di Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri, Selasa (16/12). “Kapan lagi kita bisa melihat wakil Rektor memainkan perannya sampai nyembah-nyembah,” celetuk salah seorang pemain yang menimbulkan gelak tawa para penonton.
Pementasan ketoprak Lakon Mahapatih Gajah Mada ini merupakan salah satu dari serangkaian acara yang diselenggarakan UGM untuk memperingati hari kelahirannya yang ke-65. Drs. Heru Marwata, M. Hum yang berperan sebagai Patih Gajah Mada berhasil menyedot perhatian penonton dengan penampilannya yang penuh kharisma di atas panggung. Dengan suara besarnya, dosen Fakultas Ilmu Budaya ini terlihat sangat lihai berbicara tegas dengan sesekali mendendangkan syair Jawa zaman Majapahit. Meski berhasil mengocok perut penonton, ia pun sukses membuat semua penonton serius menyimak saat ia dengan lantang mengucap Sumpah Palapa Patih Gajah Mada setelah dilantik sebagai Perdana Menteri oleh Prabu Hayam Wuruk.
Pementas tidak hanya dari kalangan mahasiswa tetapi juga dosen dan petinggi universitas. Rektor UGM Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., menyampaikan lakon ketoprak malam itu begitu istimewa karena baru pertama ia menyaksikan mahasiswa, dosen bahkan petinggi universitas melakonkan pentas ketoprak bersama. “Semoga pementasan ini lebih menguatkan hubungan kekeluargaan antara civitas akademika,” harap Rita.
Pertunjukan kali ini juga tak hanya disaksikan oleh mahasiswa. Terlihat pula dosen dan karyawan UGM yang turut membawa serta keluarga mereka. Tak hanya hadir, istri-istri dosen yang tergabung dalam kelompok Dharma Wanita pun turut mempersembahkan tarian Golek Bawaraga Gending Asmarandana untuk memberikan semangat kepada para suami dalam memainkan lakonnya.
Pementasan yang disutradarai oleh Cahyaningrum Dewojati, S.S., M.Hum dan Drs. Sudibyo, M.Hum ini dikemas secara epik dengan menyisipkan unsur guyonan tanpa mengurangi pesan di dalamnya. Gilang Anggryawan yang bertindak sebagai penata artistik pun berhasil memanjakan mata pemirsa pada pentas malam itu. “Selain pengemasan cerita, unsur artistik ketoprak malam ini jadi salah satu pemikat utama,” kata Anggun Intan Permatasari, salah satu penikmat seni yang hadir dalam acara tersebut. (Humas UGM/Izza)